Katarak Juga Bisa Menjangkit Anak Muda, Cek Tanda-Tanda Katarak

Daftar Isi



pengalaman mengidap katarak di usia muda

Assalamu’alaikum.
Kembali lagi pada artikel icalan01. Kali ini saya akan membagikan sebuah pengalaman yang boleh jadi tidak menyenangkan dan cenderung tidak diharapkan. Tapi apa boleh buat, penyakit hanya Allah yang turunkan. Oleh sebab itu, saya hanya berusaha ikhlas dan mencoba berbagi pengalaman ini pada kita semua yang membaca artikel ini.


Katarak adalah kondisi dimana lensa mata kita tertutupi oleh cairan berwarna putih. Biasanya katarak akan menjangkit orang yang telah lanjut usia, kendati banyak juga dialami oleh anak bayi yang mengalami kelainan.

kondisi mata katarak
Kondisi mata katarak ditandai dengan oval merah


Selama saya melakukan pencarian di Google, katarak jarang dialami oleh pemuda, kendati jarang bukan berarti tidak ada pemuda yang terjangkit penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan permanen ini. Karena buktinya, saya terjangkit penyakit ini.

Saya tidak akan membahas lebih jauh katarak dari segi pandang kedokteran karena saya bukan dokter. Tetapi saya akan mencoba melakukan sharing tentang apa yang saya rasakan dan alami selama saya akhirnya didiagonsa katarak oleh dokter ahli mata dan rencananya tanggal 25 Juli 2019 saya akan melakukan operasi mata (mohon doanya).

Kisah ini dimulai ketika tahun 2014 lalu saat saya tengah melakukan test lamaran kerja, saat itu dari 100 lebih pelamar, saya masuk ke 15 pelamar beruntung yang lolos psikotes dan melanjutkan pada sesi test mata dan wawancara.

Test mata dilakukan pada pukul 13.00 WIB, saat itu testnya sebetulnya sangat mudah. Saya hanya dituntut untuk menebak arah dari huruf “E” dari jarak kurang lebih 15 meter. Na’as, saya yang telah lolos hingga sampai 15 orang terakhir yang sudah “satu kaki” dipastikan diterima kerja, ternyata harus pulang dengan menundukan kepala karena saat itu HRD menyarankan saya untuk melakukan cek mata di optik atau dokter mata.

Saat itu saya mulai sadar bahwa mata saya mulai bermasalah, kendati bila ditela’ah, sudah dari kecil saya tidak begitu pandai melihat tulisan dari jauh (terutama ketika duduk di bangku belakang dan menatap papan tulis).

Semenjak kegagalan saya ditest tersebut, saya langsung memeriksakan mata dan akhir saya harus rela memakai kaca mata dengan diagnosa minus dan silindris. Saat itu mata kiri memiliki angka minus dan silindris lebih besar dari mata kanan.

Setahun setelah pertama kali saya menggunakan kaca mata, saya berobat ke Cicendo Kota Bandung, mungkin diantara kita sudah ada yang tahu kemana saya berobat. Disana saya dan ibu saya berobat untuk berusaha menyembuhkan mata saya yang kala itu hanya sebatas minus dan silindris.

Saat itu mata saya dicek menggunakan sebuah alat untuk mengecek kondisi kesehatan mata. Saat itu bila saya tafakuri, mata kiri saya sudah mulai menunjukan gejala bermasalah serius.

Ketika mengecek dengan mesin, ternyata mesin tersebut tidak dapat mendeteksi dengan pasti ada di angka berapa minus dan silindris mata saya, hingga saya harus melakukan pengecekan sebanyak dua kali.

Setelah mengecek dengan mesin, selanjutnya saya dicek menggunakan cara konvensional yakni mengecek kemampuan membaca dari jarak jauh menggunakan lensa. Setelah cek tersebut selesai, tiba waktunya konsultasi. Saat itu saya masih ingat, saya berkonsultasi dengan dokter muda perempuan. Pertanyaan yang masih saya ingat dari beliau kurang lebih adalah “untuk apa berobat ke sini”.

Perlu beberapa detik bagi saya untuk menjawab, setelah berfikir akhirnya saya jawab dengan polos bahwa saya ingin sembuh dan tidak berkaca mata karena saya ingin bekerja. Setelah berdiskusi cukup lama, dokter tersebut mendiagnosa saya terkena mata malas.

Kurang lebih mata malas adalah kondisi dimana mata tidak tumbuh dengan sempurna. Pada usia saya waktu itu sekitar 18 tahun, saya diberitahu bahwa kemungkinan sembuh dari mata malas sangat sedikit. Pada saat itu saya hanya dianjurkan meminum vitamin mata dan rutin menjaga kesehatan mata.

Terlepas dari gagal bekerja, Allah rencanakan lain. Saya akhirnya memutuskan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Padalarang Bandung Barat. Selama berkuliah, tentunya saya akan dihadapkan dengan tugas yang musti di print out dan di proses melalui komputer.

Selama kurang lebih empat tahun selalu bercengkrma dengan komputer (untuk nugas dan main game). Tanpa disadari mata kiri saya sudah diujung tanduk. Karena terbiasa melihat hanya dengan satu mata yakni mata kanan, maka saya sampai tidak bisa menyadari bahwa mata kiri saya sudah mengalami katarak dengan intensitas yang cukup parah sehingga harus segera di operasi.

Mulanya yang saya rasakan adalah buram disebelah mata, karena tidak begitu dirasa, tanpa disadari buram semakin parah dan pandangan seolah melihat kabut pada kaca. Karena saya juga jarang melihat cermin, saya jadi tidak sadar pula bahwa pada lensa mata bagian pupil sudah terdapat bercak putih yang musti diangkat dengan cara operasi.

Lalu bagaimana saya bisa tahu jika saya mengidap katarak? Saya masih muda? Tentu potensi terjangkit katarak sangat minimal.

Mulanya saya juga tidak percaya saya katarak, saat saya berobat ke klinik umum, diagnosa awal adalah glukoma. Namun setelah dirujuk ke rumah sakit ternama di Kota Baru Parhyangan, akhirnya dipastikan bahwa saya mengalami katarak.

Apa penyebab saya mengalami katarak? Saya sendiri tidak begitu tahu, tapi yang saya tahu saya punya riwayat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan mata. Itu artinya bisa jadi itulah penyebab utama dari katarak yang saya alami.

Nah bagi kalian yang memiliki gangguan pengelihatan berupa merasa pengelihatan menjadi buram, segera periksakan mata kita. Karena bila terlambat, hal terburuk yang bisa terjadi adalah kebutaan secara permanen.

Nah bila kita merasa keluarga utama kita tidak memiliki gangguan mata, kita musti cek kembali keluarga yang lain, karena sekali lagi penyebab katarak bisa terjadi karena genetik atau keturunan.

Semoga artikel ini bermanfaat dan sampai jumpa.
Wassalamu’alaikum.